Beranda » INFO » JENIS GRADE KAIN

JENIS GRADE KAIN

Apa itu kain grade A?

Kain adalah bahan baku paling penting dalam bisnis fashion garmen/ konveksi. Biasanya pembeli kain hanya mengandalkan apa yang dikatakan oleh penjual kain/ supplier kain bahwa kain grade A atau kain grade B tanpa mengetahui spesifikasi sebenarnya yang diterima secara ilmiah.

Lantas, apakah uang yang dibayarkan sudah sesuai dengan kualitas kain yang diterima? Maka disinilah proses inspeksi kain di pabrik sangat berperan dan penjual kain wajib mengetahuinya agar mampu bertanggung jawab terhadap produk yang dijual.

Seperti apa kriteria atau ciri kain grade A yang anda ketahui selama ini? Diantara kita, mungkin akan menjawab, bahwa kain grade A adalah:

  1. Kain yang paling bagus kualitasnya ditandai dengan tekstur kain sangat halus lembut, warna hitam pekat, tidak kaku, tidak panas, dll
  2. Kain yang tidak ada cacat sama sekali (zero reject), misal tidak ada benang kecabut, bersih tanpa noda, tidak ada lubang, warna rata tidak belang, dll
  3. Dalam 1 roll tidak ada sambungan, panjangnya utuh.
  4. Kain dikemas dalam bentuk gulungan rol.
  5. Memiliki cap merk di gulungan kainnya.

Apakah pemahaman tersebut sudah tepat? Sebelum menjawabnya, maka Kami akan membahas bagaimana cara menentukan grade pada kain di pabrik tekstil terlebih dahulu.

 

Apa itu proses inspeksi dan penilaian (grade) kain

Inspeksi dan grading kain adalah proses memeriksa kain secara visual untuk mendeteksi cacat yang berpotensi merusak kualitas kain, setelah diinspek kemudian kain tersebut dinilai grade-nya sesuai skor kecacatan berdasarkan hasil inspek.

Inspeksi kain di pabrik tekstil sangat penting karena cacat yang tidak terdeteksi akan menghabiskan waktu dan uang, tetapi juga dapat merugikan pelanggan jika diabaikan.

Umumnya, praktik yang dipakai sebagian besar pabrik adalah hanya mengambil sampel beberapa gulungan dari seluruh kain. Bahkan banyak yang memotong tahap/ bagian pos pemeriksaan untuk memastikan kualitas. Idealnya, inspeksi kain harus dilakukan dengan mesin inspeksi kain agar visibilitas cacat lebih baik dan efisiensi lebih tinggi.

Setelah rangkaian proses produksi selesai, kain tersebut diinspek dan dinilai poin cacatnya berdasarkan sistem yang digunakan baru kemudian ditentukan grade-nya. Saat kain diperiksa, cacat harus ditandai, kemudian bagian cacat tersebut dipotong kemudian kain dinilai grade-nya sesuai skor kecacatannya. Inspeksi kain juga akan membantu menentukan panjang gulungan kain, memastikan pemanfaatan kain optimal dengan pembuatan marker yang tepat dan pembagian sesuai yard yang diinginkan oleh pemesan.

 

STANDAR PENILAIAN GRADE KAIN

Tidak semua hasil produksi (kain) layak dan siap untuk dikirim ke konsumen. Setelah produksi selesai, kain harus dipilah- pilah sesuai mutunya (diinspek) atau bahkan harus diperbaiki sebelum dikirim (jika memungkinkan). Mutu atau Grade Kain dapat ditentukan sesuai permintaan pelanggan atau sesuai dengan ketentuan Internasional, karena pelanggan akan memproses hasil kain yang diterima sesuai kebutuhan mereka. Metode inspek yang digunakan saat menilai kecacatan sangat mempengaruhi harga kain yang dijual oleh pabrik kepada konsumen. Semakin ketat/ tinggi standar QC maka semakin banyak kain cacat yang dipotong dan semakin besar effort pabrik, sehingga semakin tinggi/ mahal harga kain grade A-nya karena bagian kain yang cacat/ poin semakin dikit.

Standar penilaian grade kain bertujuan sebagai acuan dalam menilai suatu kain, sehingga penilaian bersifat objektif dan fair bagi semua orang yang menggunakan standar ini. Dua sistem standar penilaian grade kain yang paling banyak digunakan dalam industri kain tekstil untuk inspeksi (mengecek reject) dan menentukan kualitas (grade) pada kain adalah:
1. Sistem 4 poin
2. Sistem 10 poin

1. Sistem 4-poin:

Four point system merupakan system pemberian point (penalty point) pada defect yang ditemukan berdasarkan panjang tertentu dari cacat/defect yang ditemukan.  Sistem empat poin, standar yang ditetapkan berdasarkan ASTM D5430 – 07 (2011), adalah metode uji standar untuk pemeriksaan (inspeksi) dan grading kain secara visual. Sistem ini sudah diterima luas oleh kalangan tekstil karena lebih mudah dibandingkan yang lainnya (ten point system), sederhana, mudah dimengerti, praktis, tidak memihak, dan diakui di seluruh dunia. Sistem ini disetujui oleh AAMA (American Apparel Manufacturing Association). Sistem American 4 Point Test Methode merupakan sistem penilaian kain yang digunakan untuk standar Export Quality.

Kriteria pemberian poin penalti penalty

Pada tabel berikut, poin evaluasi penalti terhadap cacat kain dinilai berdasarkan panjang atau lebar cacat sesuai klasifikasi berikut:

Sumber diambil dari sini.

Keterangan tabel: misal kain diberikan nilai (poin) 1 bila ditemukan defect/ cacat berukuran 0-3 inch. Sedangan bila ditemukan lubang/ sobek berukuran 0-1inch diberikan nilai 2, dan seterusnya.

Nilai yang terkumpul dari hasil inspek dihitung per 100 yard persegi kain dan ditotal sebagai poin cacat untuk kemudian dikategorikan kedalam grade A, B, C, D, dan BS.

Perhitungan total poin per yard

Dalam kualitas kain sistem 4 poin dievaluasi dengan unit poin/100 yards persegi.
Poin / 100 yards persegi. = (Total poin dalam gulungan X 36 X 100)/ (Panjang kain dalam yard X Lebar kain dalam inci)

Batas jumlah point cacat untuk kualitas kain Grade A yang diterima adalah 40 point setiap 100 yard persegi kain.

Jadi, Normalnya gulungan kain dengan total skor poin cacat 0-40 poin per 100 yard persegi diterima sebagai kain kualitas nomor satu atau dikenal kain grade A. Jika skor poin cacat lebih dari 40 maka dinilai sebagai kain kualitas kedua atau kain grade B.

Sumber diambil dari sini.

Sebagai contoh: Asumsikan setelah pemeriksaan gulungan kain sepanjang 120 yard dengan lebar 46 inci, cacat berikut ditemukan:

Jumlah poin cacat per 100 yard persegi kain = (Jumlah poin cacat dalam gulungan x 36 inci  x 100 yard) / (Lebar kain dalam inci x panjang kain dalam yard)
= (24points x 36 x 100) / (46 x 120) = 15,652 poin cacat per 100 yard persegi.

Jumlah skor cacat 15,652 poin masih dalam batas skor grade A. Oleh karena itu, kain dengan skor kecacatan sebanyak 15,652 poin ini memiliki kualitas yang dapat diterima, yaitu kualitas kain grade A.

Lembar periksa atau Format Inspeksi

Untuk mencatat atau mengumpulkan cacat selama pemeriksaan, pemeriksa kain (inspektor) menggunakan lembar pemeriksaan sederhana. Lembar pemeriksaan mencakup rincian umum, rincian lot kain, cacat kain menurut ukurannya, ringkasan cacat kain, jumlah yang diperiksa dan poin penalti total dan hasil lot kain setelah pemeriksaan. Menggunakan tanda penghitungan untuk mencatat jumlah cacat.

Jenis cacat yang ditemukan pada kain

Pemeriksa kain (inspektor) manufaktur-manufaktur kami adalah tenaga ahli di bidangnya, telah berpengalaman puluhan tahun sehingga in syaa Allah mampu mengetahui cacat umum yang ditemukan pada kain dan mampu mengenali cacat pada kain pada saat pemeriksaan kain.

Contoh: Tanda (marking) yang diberikan oleh pemeriksa kain (inspektor) pada bagian kain yang cacat.

Secara umum penjelasan mengenai Major defect dan Minor defect sebagai berikut:

  • Major Defect: suatu defect yang sangat jelas tampak pada kain, dan sangat mempengaruhi hasilgarment.
  • Minor Defect: suatu defect yang tidak disebabkan pada proses produksi, dan defect yang terlihat tidak jelas akibat pengaruh lingkungan.

Contoh major defect secara umum seperti:

  • Major defect pada fabric (kain woven/non woven) yaitu slubs, hole, benang hilang, variasi besar benang kelihatan jelas, end out, soiled yarn, benang putus, dan sebagainya.
  • Major defect pada knitting yaitu mixed yarn, variasi benang, runner, needle line, barre, slub, hole, pressoff.
  • Major dye or printing defect yaitu hasil print keluar dari pola (outsetting), dye spot, warna print luntur, hasil print belobor, shadding, dan lainnya.

2. Sistem 10-poin:

Sistem 10 poin digunakan untuk melinilai kualitas kain yang dipasarkan di dalam negri. Dalam sistem ini, poin penalti ditetapkan untuk cacat berdasarkan kriteria berikut:

Sumber diambil dari sini.

Dalam sistem ini, poin penalti ditetapkan untuk cacat berdasarkan kriteria berikut:

Keterangan tabel:
Misal kain diberikan nilai (poin) 1 bila ditemukan defect/ cacat berukuran 0-1 inch, nilai 3 jika berukuran 1-5 inch, dan seterusnya.

Kriteria penilaian dasar dalam sistem 10 poin:

  • Jika poin cacat total < panjang kain(yardage) dari bagian kain diperiksa, maka kain diberi nilai kualitas nomor satu tau kain grade A.
  • Jika titik kerusakan total> panjang kain (yardage), kain dinilai sebagai kualitas kedua atau kain grade B.

Sumber diambil dari sini.

Sebagai contoh: Gulungan kain berukuran 120 yard x 46 inci diperiksa dan cacat berikut ditemukan:

Karena, skor kecacatan 97 poin < panjang kain (yardage) bagian kain diperiksa yaitu 120yard, maka kain adalah termasuk kualitas normor satu atau kain grade A.

 

Kesimpulan:

Perusahaan ingin memberikan kepuasan bagi customer nya dengan memberikan kualitas yang bermutu dari hasil produk tekstil yang sudah diproduksi. Kualitas mutu atau quality controltekstil merupakan hal yang harus diperhatikan oleh perusahaan tekstil sebelum melakukan pengiriman tekstil di dalam maupun di luar negeri. Selama ini quality control terhadap hasil produksi tekstil dilakukan dengan cara mencatat kecacatan tekstil pada form inspection data. Kemudian Staff QC (Inspektor/ Grader) akan memberikan poin 1 sampai 4 dengan metode penilaian sistem empat poin untuk mengevaluasi kualitas tekstil (grade) untuk ekspor dan poin 1, 3, 5, 10 untuk QC tekstil kelas lokal dengan metode penilaian sistem 10 poin. Pemberian poin-poin ini berdasarkan jenis kecacatan dan ukuran kecacatan pada kain (meter keberapa kain mengalami defect). Kain yang kami produksi menggunakan metode penilaian sistem 4 poin untuk Export Quality sehingga poin cacat pada kain grade A kami lebih sedikit daripada kain grade A dalam negri (lokal).

Dari penjelasan diatas, dapat dipahami bahwa kain grade A memiliki poin cacat dengan skor tertentu, itu artinya gulungan/rol kain grade A tetap ada kemungkinan memiliki cacat, bukan kain tanpa cacat sama sekali (zero reject). Oleh karena itu, harap dimengerti bahwa kecacatan yang ada pada gulungan/ rol kain grade A (yang mungkin ditemukan oleh konsumen) tidak bisa diklaim karena kain sudah diinspek dengan fair.

 

Ciri-Ciri Kain Grade A

Setelah kami menjelaskan metode penilaian inspek/ grading, maka kita dapat mengetahui hal-hal berikut ini:

  • Apakah kain grade A adalah kain yang tidak ada cacat?

Penjelasan diatas meluruskan adanya pendapat yang keliru bahwa kain grade adalah kain tanpa reject (cacat) sama sekali. Yang benar, semua kain memiliki risiko kecacatan (poin) termasuk kain grade A. Hanya saja, jumlah skor poin cacat pada kain grade A lebih sedikit daripada kain grade B. Misal pada sistem 4 poin skor poin suatu kain hasilnya 15,652; karena skor poin cacat pada kain grade A yang masih diterima adalah 0-40, maka kain dengan skor poin 15,652 masih dinilai sebagai kain kualitas nomor satu/ kain grade A, dan itu artinya kain grade A tersebut memiliki cacat dengan skor 15,652. Jika skor poin 45 maka dinilai sebagai kain kualitas nomor dua atau kain grade B. Bahannya sama, bedanya di skor cacat.

Jadi, cacat yang ditemukan pada kain grade A adalah sesuatu yang mungkin ditemukan dan tidak dapat diklaim karena kecacatan pada kain grade A tersebut telah dihitung poin-nya oleh tim QC.

  • Apakah kain grade A adalah kain yang halus dan lembut?

Mengenai kelembutan dan kehalusan bukan termasuk variabel penilain kualitas kain. Penilaian grade kain hanya dengan menggunakan sistem poin pinalti yang telah dijelaskan diatas: sistem 4poin dan sistem 10poin. Adanya pendapat bahwa kain grade A adalah kain yang bagus dengan tekstur yang lembut dan halus sedangkan kain grade B kain yang kasar dan kaku merupakan pendapat yang keliru. Kehalusan dan kelembutan tergantung kualitas dari benang yang digunakan, desain tenun (plain atau dobby), proses finishing, konstruksi, dan proses produksinya. Satu jenis kain, misal sama jenisnya woolpeach namun tekstur dan grade kainnya bisa bervariasi, sebagai contoh kain woolpeach A teksturnya kasar dan kaku, setelah diinspek poin cacatnya 30 termasuk kain grade A. Sedangkan kain woolpeach B teksturnya halus dan lembut ternyata setelah diinspek poin cacat 35 termasuk kain grade B. Kasar dan kaku tekstur kainnya belum tentu kualitas kainnya grade B. Halus tekstur kainnya belum tentu kualitas kainnya grade A.

Faktor penilaian kualitas/ grade kain dalam industri tekstil hanya satu yaitu dengan menilai skor kecacatannya bukan teksturnya.

Yang membedakan antara kain grade A dan grade B adalah bukan pada harga benangnya atau tekstur bahannya, melainkan total skor poin cacatnya. Kain grade A memiliki poin kecacatan lebih sedikit dari grade BOleh karena itu, pabrik menetapkan harga kain grade A lebih lebih tinggi dr grade B karena semakin banyak waste terbuang pada proses inspek.

  • Apakah kain grade A adalah kain gulungan utuh tanpa sambungan (join)?

Ada tidaknya sambungan (join) kain didalam gulungan, bukanlah ciri kain grade A atau B, hal tersebut tergantung permintaan pihak pemesan, tidak ada hubungannya dengan penilaian poin cacat. Jenis cacat yang umum ditemukan di kain tekstil bisa dibaca lebih lanjut disini.

Namun perlu diingat, bahwa sambungan (join) pada gulungan kain grade A memiliki ciri warna, berat, tekstur yang sama tanda bahwa sambungannya memang benar berasal dari No. PO dan No. Lot produksi yang sama, misal konsumen di pabrik menghendaki semua rol yang dipesan isinya minimal 50yard dan menginstruksikan pada sales order bahwa tidak mengapa adanya join (sambungan) maka jika hasil inspek terdapat gulungan kecil misal sepanjang 22 yard dan 30yard maka kedua potongan kain itu bisa dikemas jadi 1 lalu diberi keterangan panjang kain (length) 52yard pada stiker rol dan pada ujung kain ditulis keterangan dengan pena kain tekstil 22 + 30 yang artinya didalam gulungan terdapat sambungan berisi 22yard dan 30yard.

Untuk kain yang kami produksi semua tidak ada sambungan sesuai sales kontrak yang kami buat dengan pihak pabrik, sehingga hasil produksi rol cukup bervariasi 20% rol kecil sekitar 30yard (jika ada), dan dominan sekitar 80% dari produksi berisi 40-60yard karena kami request isi 50yard (panjang kain ada perhitungan khusus oleh tim QC).

Sedangkan jika warna, berat, dan tesktur kain didalam gulungan berbeda, maka kain gulungan tersebut berarti hasil repacked dari limbah tekstil dari No. PO dan No. lot acak campur aduk jadi satu, bukan kain grade A maupun grade B melainkan sisa produksi potongan kain yang biasanya berukuran pendek hanya beberapa meter saja per helai/ potongannya.

Sampah tekstil yang dijual dengan kemasan rol lebih menguntungkan daripada dijual kiloan atau karungan karena selain harga jual lebih tinggi, customer akan berpikir kualitas bahannya sama sebagaimana kain gulungan grade A pada umumnya namun harganya jauh lebih murah, padahal yang dijual adalah kain limbah.

Kain gulungan sendiri ada yang memiliki kualitas grade A dan adapula yang kualitasnya grade B dengan inspek orginal. Karena kain grade B dipacking gulungan sehingga secara kasat mata sulit dibedakan dengan kain grade A karena yang membedakan skor cacat dan harganya.

Kain grade B dijual oleh pabrik dengan sebutan kain sisa produksi/ ex garmen/ kain sisa ekspor/ kain stocklot. Harga kain grade B ini jauh lebih murah daripada kain grade A, apalagi jika pabrik melakukan pengosongan inventory gudang karena biasanya memberi diskon extra.

Mengetahui harga yang jauh lebih murah daripada harga grade A nya, tentu saja membuat banyak pedagang kain berlomba-lomba mendapatkan kain grade B sisa ekspor lalu berbohong dengan mengaku bahwa kainnya grade A agar konsumen tertarik membeli.

  • Apakah kain grade A adalah kain yang memiliki sablon merek?

Sablon merek bukanlah indikator grade suatu kain, penyematan sablon emas merk pada kain sepenuhnya atas dasar keinginan suplier jadi bisa saja sablon emas itu dicap diatas kain sisa ekspor ataupun limbah pabrik. Pahami dengan baik mekanisme inspek dan grading kain. Jika memungkinkan inspek ulang kain yang dibeli dengan mesin inspek. Pilihkan suplier yang kompeten ilmunya dan amanah.

Zero reject dalam produksi tidak mungkin, itu sebabnya industri tekstil menggunakan standar penilaian kain inspek dan grading dengan menggunakan sistem poin sesuai ketentuan standar yang berlaku secara internasional.

APA MANFAAT MENGETAHUI GRADE KAIN

Dengan memahami grade kain maka konsumen:

  1. Dapat menilai apakah harga yang akan dibayarkan pantas/ sesuai dengan kualitas yang ditawarkan (kondisi bahan yang akan dibeli).
  2. Menilai efisiensi produksi (tenaga, waktu, biaya). Bayangkan jika konsumen membayar seharga kain grade A padahal kain yang dibeli adalah:
    – Kain sisa produksi potongan (pendek)/ waste pabrik dimana biasanya dijual karungan/ kiloan/ ton namun oleh mafia tekstil dijual dalam bentuk kain gulungan (repacked) tanpa info produk/ penjelasan ilmiah dengan ciri: berisi beberapa lembar potongan kain dengan warna berbeda karena diambil dari sisa produksi pabrik secara random (dengan cap dan atau sabuk merk masing-masing suplier), maka bisa dipastikan tim produksi akan kesulitan untuk memotong dan mejahit karena setiap gulungan memiliki warna bahkan tekstur dan berat yang berbeda. Tim jahit harus mencocokan warna secara manual.
    – Kain grade B dimana kondisi cacat/ poin defectnya lebih banyak dari grade A sehingga dapat dipastikan bahwa jumlah kain yang akan terpakai lebih sedikit.
    Jika dihitung ulang antara kain yang terpakai dari kain grade B maupun dari waste pabrik maka sesungguhnya harga yang dibayarkan untuk kain ini terhitung menjadi lebih mahal karena efisiensinya buruk, banyak energi terbuang, proses produksi terhambat, waktu produksi mundur, biaya lebih tinggi.
  3. Estimasi kuantiti produk dan Harga Pokok Penjualan (HPP) lebih akurat.

Semoga info ini dapat bermanfaat dan menghindarkan kita dari kejahatan tekstil.

JENIS GRADE KAIN | KAINABAYA

+ SIDEBAR

Ada Pertanyaan? Silahkan hubungi customer service kami untuk mendapatkan informasi lebih lengkap mengenai jasa/produk kami.